Kewirausahaan Merupakan Sebuah Jalur Alternatif Karir _ Erfan Robyardi

Dunia wirausaha merupakan sebuah pondasi untuk membangun suatu Negara. Wirausaha merupakan suatu jalan keluar yang terbaik untuk menyelesaikan masalah pengangguran, namun minat dari peserta didik baik mereka yang masih aktif belajar maupun yang sudah lulus masih kurang. Penyebab dari kurangnya minat ini mempunyai latar belakang pandangan negatif dalam masyarakat terhadap profesi wirausaha.

Setiap orang yang mengambil peran atau karir sebagai seorang wirausaha perlu mengetahui pilihan – pilihan apa saja yang tersedia dengan menjadi karyawan, intraprenuer, entrepreneur, atau social entrepreneur

Menurut Small Business Administration (SBA), sekitar 30 persen dari penduduk Amerika Serikat selalu “berpikir untuk memiliki bisnis sendiri” dan 4 persen dari seluruh penduduk usia kerja – sekitar 7 juta orang secara aktif terlibat dalam pendirian usaha baru pada saat-saat tertentu. Sejak awal tahun 1980-an, telah terlihat peningkatan minat untuk menjadikan kewirausahaan sebagai jalur karir. Hal ini banyak dipengaruhi oleh kesuksesan pengusaha seperti Sam Walton, Martha Stewart, Bill Gates, dan Steve Jobs.

Popularitas kewirausahaan terus meningkat di mana saat ini kalangan generasi muda lebih tertarik untuk berusaha sendiri daripada bekerja untuk orang lain. Para penyuluh bisnis menyebutnya sebagai kelompok Generasi E, yang menekankan prospek mereka sebagai pengusaha masa depan. Suatu dengar pendapat yang dilakukan pada tahun 1996 atas Center for Entrepreneurial Leadership mencatat bahwa 7 dari 10 siswa sekolah menengah ingin memiliki dan mengelola bisnis sendiri. “anak – anak percaya bahwa satu – satunya kesempatan dalam hidup ini adalah membuat pekerjaan, dan bukan menerima pekerjaan”

A.

Latar Belakang

 

 

Kewirausahaan merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri. Pada kenyataannya jumlah wirausahawan Indonesia masih sedikit. Ini merupakan persoalan dalam bentuk membangun wirausaha Indonesia untuk mendukung pembangunan dalam negeri

  Pandangan masyarakat terhadap dunia wirausaha dirasakan masih kurang. Setiap tahunnya jika kita perhatikan, Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Universitas Negeri maupun swasta meluluskan peserta didiknya yang sudah terdidik. Merekalah  yang akan menjadi harapan dari suatu Negara. Setelah lulus dan mendapatkan Ijazah sebagian dari mereka berpikir untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Impian inilah yang menjadikan sebagian dari mereka menjadi pengangguran dikarenakan belum bisa mendapatkan pekerjaan yang diimpikan, disebabkan oleh sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia, baik itu di sektor pemerintahan maupun swasta. Jumlah lulusan yang sudah terdidik ini setiap tahunya terus bertambah, namun peningkatan lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan peningkatan jumlah pencari kerja

  Dunia wirausaha merupakan pondasi untuk membangun suatu Negara. Wirausaha merupakan suatu jalan keluar yang terbaik untuk menyelesaikan masalah pengangguran, namun minat dari peserta didik baik mereka yang masih aktif belajar maupun yang sudah lulus masih kurang. Penyebab dari kurangnya minat ini mempunyai latar belakang pandangan negatif dalam masyarakat terhadap profesi wirausaha 

Menurut Alma (2005:2) Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat sehingga mereka kurang berminat terhadap profesi wirausaha, antara lain sifat agresif, ekspansif, bersaing, egois, tidak jujur, kikir, sumber penghasilan tidak stabil, kurang terhormat, pekerjaan rendah dan sebagainya. Pandangan semacam ini dianut oleh sebagian besar penduduk, sehingga mereka tidak tertarik. Mereka tidak menginginkan anak – anaknya menerjuni bidang ini, dan berusaha mengalihkan perhatian anak untuk menjadi pegawai negeri, apalagi bila anaknya sudah bertitel lulusan perguruan tinggi. Mereka berucap. “untuk apa sekolah tinggi”, jika hanya mau jadi pedagang. “Pandangan seperti ini sudah berkesan jauh di lubuk hati sebagian besar rakyat kita, mulai sejak zaman penjajahan Belanda sampai beberapa dekade masa kemerdekaan.

Landasan filosofis inilah yang menyebabkan rakyat Indonesia tidak termotivasi terjun ke dunia bisnis. Kita tertinggal jauh dari Negara tetangga, yang seakan – akan memiliki spesialisasi dalam profesi bisnis. Mereka dapat mengembangkan bisnis besar – besaran mulai dari industri hulu sampai ke industry hilir, meliputi usaha jasa, perbankan, perdagangan besar (grosir), perdagangan eceran besar (department store, swalayan), eceran kecil (retail), eksportir, importer, dan bentuk usaha lainnya dalam berbagai jenis komoditi.

 


B.

Pilihan Entrepreneurship


 

Menurut Kasali, dkk. (2010:18) Ahirnya setiap orang yang mengambil peran atau karir sebagai seorang wirausaha perlu mengetahui pilihan – pilihan apa saja yang tersedia dengan menjadi karyawan, intraprenuer, entrepreneur, atau social entrepreneur. Penjelasannya sebagai berikut :

 

 

1.

Karyawan : anda bekerja pada orang lain dan bila berhasil, anda dapat mencapai karier sebagai profesional dengan peran sebagai pengambil keputusan

 

2.

Intrapreur : status anda adalah karyawan, bekerja pada orang lain, memiliki atasan, namun yang anda cari adalah kemerdekaan dan akses terhadap resources dan anda memiliki jiwa kewirausahaan.

 

3.

Intrepreneur : anda tidak bekerja pada orang lain, melainkan pada usaha yang anda dirikan atau kembangkan sendiri. Anda adalah pemilik usaha yang memiliki kemerdekaan mengatur hidup, arah usaha dan mengambil keputusan – keputusan strategis. Anda menanggung resiko, namun juga menikmati keuntungan usaha setelah membayar gaji karyawan dan kewajiban – kewajiban lainnya.

 

4.

Social Entreprenuer : adalah pelaku kegiatan sosial yang berwatak entrepreneur. Sebagian dari anda barangkali berpikir lebih menyukai pekerjaan pada area sosial atau. Apakah dalam bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat, demokrasi, hukum dan hak asasi manusia, kesenian atau bidang – bidang lainnya.

 

Dengan memiliki watak  entrepreneur  anda dapat memajukan kegiatan sosial hingga kegiatan sosial anda dapat menjadi lebih mandiri dan berkelanjutan, dan bukan semata – mata hidup dari    sumbangan saja. Pilihan – pilihan yang tersedia, tinggal anda menentukan dimana medan karir yang anda tempuh dan selalu buatlah yang terbaik 

 


C.

Kategori Pengusaha

 

 

Center for Entrepreneurial Leadership dari State University of New York di Buffalo menggolongkan pengusaha ke dalam tiga kategori berikut :


 

1.

Pengusaha Klasik (classic entrepreneur)

 

 

Mengidentifikasi berbagai peluang bisnis dan mengalokasikan berbagai sumber daya untuk memasuki pasar tersebut. Kisah David Marecheschi merupakan contoh pengusaha klasik sejak masih kuliah Marcheschi telah bergabung dengan perusahaan yang memasarkan minuman berkafein dalam botol. Setelah lulus, dia mencari seorang ahli kimia untuk meracik formula produknya, Water Joe. Marcheschi membentuk persekutuan dengan sebuah perusahaan botol yang setuju untuk mendistribusikan minuman tersebut. Setelah setahun beroperasi . omzet penjualan telah mencapai $ 12 juta. Produk inovatif tersebut diminati oleh para mahasiswa, supir truk, atlet, dan anggota band. Marcheschi mengatakan bahwa beberapa konsumennya membeli Water Joe untuk campuran jus jeruk serta lemon, dan beberapa di antaranya untuk dicampur dengan kopi.


 

2.

Intrapreneurs 

 

 

Orang yang berjiwa pengusaha yang mencoba mengembangkan produk baru, ide, dan usaha komersial dalam perusahaan besar. Misalnya 3M Company terus mengembangkan berbagai produk inovatif dengan mendorong lahirnya jiwa kewirausahaan di antara para karyawannya. Beberapa dari produk 3M yang paling sukses diawali dari inspirasi para karyawannya. Art Frey menemukan Post-It Note sedangkan Connie Hubbard dan Raymond Heyer menemukan tatakan sabun Scotch-Brite Never Rust


 

3.

Agen perubahan (change agent)

 

 

Disebut pengusaha yang membalikkan keadaan (turnaround entrepreneur) adalah para manajer yang berusaha merevitalisasi perusahaan yang sudah berjalan agar tetap kompetitif di pasar modern. Joanna Lau adalah agen perubahan yang mengubah Bowmar/ALI. Sebuah pabrik system elektronik untuk industri pertahanan dan sedang berada pada kondisi kritis. Kita sekarang sedang mati perlahan – lahan, kata seorang karyawannya. Ketika hamper kehilangan tiga konsumen yang terakhir karena buruknya kualitas produk dan pengiriman barang serta mengalami kerugian sebesar $ 1,5 juta. Bownar berusaha mencari cara lain. Pada saat itu, Lau dan beberapa kelompok karyawan membeli perusahaan dan menamai perusahaan baru itu Lau Technologies. Sebagai bos perusahaan baru, Lau mengunjungi para pelanggan dan menjanjikan perbaikan kualitas produk serta pengiriman barang tepat waktu, dia memenuhi janjinya dengan membuat program mana mutu total (Total Quality Management - TQM) dan pengendalian keuangan untuk meningkatkan arus kas dan mengurangi utang perusahaan. Lalu memperluas produk serta basis konsumen dengan memasuki citra digital (digital imaging) bidang nonpertahanan. Dalam 5 tahun, dia berhasil menjadikannya perusahaan yang menguntungkan dengan omzet penjualan sebesar $ 60 juta.

 


D.

Alasan Memilih Bidang Kewirausahaan Sebagai Jalur Karir


 

Jika anda harus memilih antara bekerja di perusahaan atau berusaha sendiri, mana yang menurut anda lebih menarik? Menurut Small Business Administration (SBA), sekitar 30 persen dari penduduk Amerika Serikat selalu “berpikir untuk memiliki bisnis sendiri” dan 4 persen dari seluruh penduduk usia kerja – sekitar 7 juta orang secara aktif terlibat dalam pendirian usaha baru pada saat-saat tertentu. Sejak awal tahun 1980-an, telah terlihat peningkatan minat untuk menjadikan kewirausahaan sebagai jalur karier. Hal ini banyak dipengaruhi oleh kesuksesan pengusaha seperti Sam Walton, Martha Stewart, Bill Gates, dan Steve Jobs. 

Popularitas kewirausahaan terus meningkat di mana saat ini kalangan generasi muda lebih tertarik untuk berusaha sendiri daripada bekerja untuk orang lain. Para penyuluh bisnis menyebutnya sebagai kelompok Generasi E, yang menekankan prospek mereka sebagai pengusaha masa depan. Suatu dengar pendapat yang dilakukan pada tahun 1996 atas Center for Entrepreneurial Leadership mencatat bahwa 7 dari 10 siswa sekolah menengah ingin memiliki dan mengelola bisnis sendiri. “anak – anak percaya bahwa satu – satunya kesempatan dalam hidup ini adalah membuat pekerjaan, dan bukan menerima pekerjaan”, kata Dr. Marily Korilsky, Wakil Presiden  Direktur organisasi tersebut. “Mereka melihat rasa aman dalam bekerja adalah suatu masalah yang harus dipertimbangkan, dan mereka ingin menjadi bos bagi dirinya sendiri. Orang memilih untuk meninggalkan atasan yang tidak rasional atau pengakuan dan penghargaan yang tidak memadai. Orang lain seperti David Marcheschi memulai bisnis kebutuhan konsumen. Beberapa motif berikut ini sering dijadikan sebagai alasan utama untuk menjadi seorang pengusaha.

 

Tabel 1
No
Alasan Paling Utama Untuk Memilih Bisnis Sendiri
Persentase (%)

1.
Untuk menjadi bos bagi diri sendiri atau mengendalikan diri sendiri
41
2.
Untuk mendapatkan uang
16
3.
Untuk menciptakan sesuatu yang baru
12
4.
Untuk membuktikan bahwa saya mampu melakukannya
9
5.
Karena saya tidak mendapatkan penghargaan yang wajar di tempat kerja
6



1.

Keinginan untuk menjadi Bos bagi diri sendiri

 

 

Motivasi yang mendorong banyak pengusaha adalah manajemen diri sendiri (self management). Dalam suatu survey tahunan yang dilakukan oleh majalah Inc., di Amerika terhadap 500 perusahaan yang paling cepat pertumbuhannya, 41 persen dari CEO menyebutkan alasan utama serupa yang menyebabkan mereka ingin berusaha sendiri, yaitu : “Menjadi bos bagi diri sendiri atau mengendalikan hidup sendiri.

 

2.

Kesuksesan keuangan


 

Ada ungkapan bahwa para pengusaha adalah pencipta kekayaan. Banyak dari mereka memulai usahanya dengan sasaran khusus, yaitu membuat bisnis yang menguntungkan, dan mereka berhasil mendapatkan penghargaan keuangan yang memadai. Mereka percaya bahwa dia tidak akan menjadi kaya jika bekerja dengan orang lain. “kita dididik untuk percaya bahwa lebih baik memperoleh 50 sen untuk diri sendiri daripada memperoleh jumlah yang jauh lebih besar untuk orang lain, kata Staci Munic Mintz. Mintz dan kakaknya memulai Little Miss Muffin, yaitu perusahaan yang menjual muffin rendah lemak, rendah kolestrol dan kue – kue lainnya pada saat umur mereka sekitar 25 tahun. Kue – kue tersebut dijualnya ke coffe house dan espresso bar. Setelah setahun menekuni bisnis ini, Little Miss Muffin telah memiliki 400 pelanggan dan berhasil memperoleh pendapatn sebesar $ 1,5 juta.

 

Meskipun para pengusaha sering menyebutkan bahwa imbalan keuangan merupakan motif untuk bisnis sendiri, namun para ahli menyarankan agar hasrat untuk menimbun kekayaan bukan merupakan motivasi utama berbisnis. Seperti yang dikatakan oleh kapitalis bisnis Barry Weinman, “kita tidak akan bekerja dengan orang yang hanya berpikir untuk menjadi kaya. Jika anda hanya mencari kekayaan secepatnya, sebaiknya anda bermain judi. Professor Jon Goodman yang mengajar program kewirausahaan di University of California setuju dan katanya, “saya telah bekerja dengan ratusan pengusaha dan saya belum pernah dengar seseorang yang mengatakan, “saya ingin mencari jalan agar mendapatkan kepuasan.

 

3.

Rasa Aman Dalam Bekerja

 

 

Jutaan orang yang kehilangan pekerjaan karena perampingan organisasi memberikan alasan lain bahwa para pekerja, khususnya generasi muda, tertarik akan dunia kewirausahaan. Sebagai contoh, dari tahun 1990 hingga tahun 1995 banyak perusahaan melakukan pengurangan sekitar 1,7 juta tenaga kerja, dan kecenderungan perampingan ini masih akan berlangsung. Untuk menyiasati kecenderungan tesebut, orang memilih menciptakan sendiri rasa aman dalam bekerja.

 

4.

Kualitas Hidup

 

 

Kewirausahaan merupakan opsi karir yang menarik orang yang ingin meningkatkan kualitas hidupnya. Susan Lammers, Ibu dari 2 anak, telah meninggalkan pekerjaannya di Microsoft untuk merintis bisnis pembuatan software pendidikan. Headbone Interactive. “saya merasa terhambat oleh system” kata Lammers. “Mereka ingin agar pekerjaan dan keluarga dipisahkan, tetapi saya ingin agar keduanya diintegrasikan. “Lammers memilih lokasi kantor Headbone berjarak 5 menit perjalanan dari sekolah anak – anaknya agar dia dapat berpartisipasi di berbagai aktivitas dan pesta – pesta kelas anaknya, dia telah membuat Headbone sebagai tempat kerja benuansa kekeluargaan, dengan mengizinkan para karyawannya untuk bekerja secara fleksibel dan membawa anak – anaknya ke kantor.

 


Daftar Pustaka

Alma, Buchari. 2005. Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta

Kasali, Rhenald.,dkk. 2010. Modul Kewirausahaan Untuk Program Strata 1, Bekasi: Yayasan Rumah Perubahan

Boone, E. Louis., David L. Kurtz. 2002. Pengantar Bisnis Jilid 1. Jakarta: Erlangga




Being an entrepreneur is definitely not the safe road. But... that's also the fun and adventure of it Picture Quote #1 
Picturequotes